Wednesday, February 24, 2010

Memotivasi Anak Didik: 8 Langkah Sederhana Bagi Guru

Dasar-dasar dalam Akuntansi cenderung memiliki reputasi sebagai suatu pelajaran yang “sulit dan membosankan”. Susah untuk memotivasi murid untuk menyempatkan diri dan melakukan apa pun yang dirasa perlu untuk berhasil memperoleh nilai yang baik dalam pelajaran tersebut. Demi menjawab tantangan ini, kami telah menyusun sebuah daftar yang berisi delapan langkah sederhana untuk membantu siswa tetap fokus dan termotivasi. Langkah-langkah ini bukanlah yang pertama dan mereka tidak hanya ditujukan bagi kita yang mengajar pelajaran akuntansi saja. Tentunya, saran-saran yang dikemukakan disini dapat pula diterapkan kepada siswa dalam yang menemukan kesulitan dan merasa bosan dalam mata pelajaran lainnya, sehingga bagi kami hal ini dapat diterapkan secara luas.


Langkah 1:

Tekankan tentang konsep-konsep yang bersifat sangat penting secara berkala. Tanyakan konsep-konsep ini dalam kelas dan tugas selama pelajaran itu berlangsung. Masukkan pertanyaan yang berhubungan dengan konsep penting tersebut dalam setiap ujian, yang berarti memberikan siswa kesempatan untuk belajar, mengingat/menghafal dan semoga dapat menerapkan pengetahuan tersebut dalam beragam konteks.


Langkah 2:

Sediakan bagi siswa “alat bantu visual”, bila mungkin, saat menerangkan suatu konsep yang abstrak, karena saat ini sebagian besar jumlah murid adalah bersifat pelajar visual. Bagi mereka, suatu diagram atau bagan sederhana secara nyata dapat lebih bernilai dibandingkan dengan seribu kata dalam sebuah bacaan atau buku pelajaran.


Langkah 3:

Andalkan penggunaan logika anda saat memungkinkan. Tekankan pada siswa informasi mana yang adalah “fakta” yang wajib dihafalkan dan isi mata pelajaran yangmana sajakah yang berdasarkan “logika”. Tunjukkan kepada mereka bagaimana menggunakan logika berpikir dalam belajar dan dalam memperoleh informasi baru. Contoh, didalam system pembukuan double-entry, “debit” sama dengan “kredit”, dan jumlah debit menyebabkan jumlah keuntungan meningkat. Hal ini adalah “fakta” atau bagian dari sistemnya; mereka bukanlah berdasarkan logika. Namun, ketika siswa dapat menerima sistem tersebut, maka logikanya dapat digunakan seiring dengan ia mengerjakan sistem itu. Melanjutkan contoh tadi, jika debit meningkatkan keuntungan, maka adalah logis bahwa kredit mengakibatkan kerugian.


Langkah 4:

Lakukan kegiatan dalam kelas untuk mengajarkan materi pelajaran yang baru saja diajarkan. Setelah sebuah konsep baru atau subjek pelajaran diajarkan dengan menggunakan teks bacaan, pengajaran/perkuliahan, atau diskusi kelas, biarkan siswa menerapkan konsep tersebut dalam sebuah tugas yang dikerjakan di kelas. Tugas-tugas ini dapat berupa singkat saja, namun haruslah dikembangkan untuk memastikan bahwa para siswa memahami konsep terpenting dari materi baru tersebut. Use in-class activities to reinforce newly presented material. Seyogyanya, proses pembelajaran paling sukses adalah ketika para siswa diizinkan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil, menggunakan buku dan catatan mereka, dan bertanya pada guru sambil menyelesaikan tugas yang diberikan. Bila tugas sekolah ini adalah bagian dari skema komponen penilaian, maka kehadiran siswa di kelas pun dapat meningkat.


Langkah 5:

Bantu siswa menciptakan sebuah “hubungan” ketika mengajarkan materi pelajaran baru. Bila siswa dapat “menghubungkan” materi baru tersebut kepada sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya, maka akan semakin besar kemungkinan mereka cepat mempelajarinya. Contoh “hubungan” yang mungkin diciptakan adalah: materi pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya di pelajaran yang sama (mis., konsep penting yang dijelaskan dalam Langkah 1), materi-materi yang telah dipelajari di kelas-kelas sebelumnya dan pengalaman-pengalaman nyata yang dialami siswa di luar kelas.


Langkah 6:

Kenali betapa pentingnya perbendaharaan kata dalam suatu mata pelajaran. Para siswa mungkin memiliki kesulitan mempelajari kata-kata baru dalam banyak pelajaran, terutama pelajaran yang bersifat pengenalan. Untuk dapat berhasil dalam pelajaran seperti ini, siswa harus merasa nyaman dengan terminologi baru. Selagi mengajarkan subjek yang baru, kata-kata baru dan/atau sulit sebaiknya diperkenalkan dan dibahas dengan para siswa. Sajikan dengan menggunakan pengertian yang nyata dan terminologi alternatifnya, selain daripada pengertian yang ada di buku pelajaran mereka. Salah satu cara membentu mereka adalah dengan memahami kata-kata dalam pelajaran adalah dengan menciptakan kamus “hidup” dalam situs guru dimana selama tahun pelajaran tersebut segala perbendaharaan kata ditambahkan, dijelaskan dan diberikan contoh-contohnya.


Langkah 7:

Perlakukan siswa dengan hormat. Perilaku yang menggurui dapat ditemukan pada guru-guru sekolah dasar, dan strategi “laksanakan, sersan” bisa jadi efektif dilakukan terhadap siswa sekolah militer. Namun, kebanyakan murid sekolah/kuliah tidak akan merespon terhadap teknik-teknik pengajaran semacam ini. Berikan mereka harga diri dan mereka pun akan memberikan anda usaha terbaiknya.


Langkah 8:

Hargai mereka dengan melihat bahwa mereka telah berada dalam standar yang tinggi. Bila para siswa tidak diharapkan untuk dapat mempertahankan tingkatan tertentu dalam hal nilai dan performa mereka, maka hanya siswa yang bermotivasi tinggilah yang akan memberikan waktu dan segala usahanya untuk belajar. Sebaliknya, membuat suatu standar tertentu yang cenderung tinggi tidak hanya dapat memotivasi siswa untuk belajar, namun dapat pula menjadi sumber timbulnya rasa pencapaian bagi mereka ketika mereka bisa melakukannya.

Setiap langkah diatas dapat memotivasi para siswa bahkan bagi mereka yang paling malas sekalipun, tetapi Langkah 7 dan 9 adalah yang terpenting disini. Bila siswa tidak diperlakukan dengan hormat dan dihargai dengan standar yang tinggi, bagaimanapun telatennya anda melakukan 6 langkah yang lainnya tidak akan membawa perubahan yang berarti dan bahkan mungkin usaha anda akan sia-sia.


Oleh Lana Becker and Kent N. Schneider, East Tennessee State University becker@etsu.edu or kent@etsu.edu. Dicetak ulang dari The Teaching Professor by permission from Magna Publications, Inc., Madison, Wis.
Sumber; www.magnapubs.com.

No comments:

Post a Comment